TANJUNG SELOR – Asa masyarakat Tanjung Selor untuk memiliki daerah otonomi baru (DOB) kian membuncah. Bupati Bulungan, Syarwani, menegaskan komitmen penuh pemerintah daerah dalam mempercepat pembentukan Kota Tanjung Selor, bahkan dengan langkah-langkah progresif dari tingkat paling bawah. Hal ini diungkapkan Syarwani di tengah persiapan Bulungan menyambut investasi besar dari Tiongkok dan penguatan konsep pembangunan hijau yang berkelanjutan.
Syarwani mengungkapkan bahwa semangat warga Tanjung Selor disambut antusias. Ia mengenang saat menjabat Ketua DPRD Bulungan, dukungan politik untuk DOB Tanjung Selor sudah ada. “Walaupun untuk sampai ke sana sangat tergantung dengan political will pemerintah pusat, di tingkat kabupaten kita terus berupaya untuk melakukan pemenuhan syarat secara fisik, menuju DOB Kota Tanjung,” ujarnya.
Langkah konkret tengah dilakukan di tiga kelurahan utama – Selor Hulu, Selor Hilir, dan Selor Timur – dengan pemekaran RT dan RW. Ini merupakan bagian dari upaya memenuhi syarat minimal empat kecamatan untuk pembentukan kota. “Kita berprogres dari bawah, makanya langkah step by step kita lakukan pemekaran di wilayah kota,” jelas Syarwani.
Bupati tidak menampik adanya tantangan terkait nomenklatur kelurahan dan desa yang berbeda di Kecamatan Tanjung Selor. Namun, ia optimis percepatan bisa dilakukan jika wilayah kota didominasi kelurahan. “Kami diskusi dengan legislatif, ternyata ada satu daerah di Indonesia DOB dengan menggabungkan dua konsep yang bisa kita ikuti,” ungkapnya, menunjukkan fleksibilitas dalam mencari solusi.
“Semangat dan komitmen pemerintah daerah dalam rangka menjadikan Tanjung Selor itu DOB pasti. Kita tidak akan menghambat bahkan kita berusaha dengan memenuhi syarat-syarat yang harus dilakukan.”
Meski demikian, Syarwani mengakui bahwa tidak semua kewenangan berada di ranah kabupaten, termasuk moratorium desa dan political will pemerintah pusat. “Kami memang tidak menentukan target kapan akan harus disetujui, tentu kami berharap agar lebih cepat lebih baik. Tergantung dengan kondisi fiskal daerah karena memang dari UU DOB bahwasanya daerah yang akan dibebani anggaran pembentukan DOB tersebut,” imbuhnya.
Di sisi lain, Kabupaten Bulungan juga bersiap menyambut investasi signifikan. Syarwani memastikan bahwa investor dari Tiongkok akan membangun smelter aluminium di kawasan industri, dengan target produksi pada tahun 2026. “Itu hasil diskusi kita dengan pengelola kawasan PT KIPI,” tegasnya.
Menariknya, pengembangan industri ini sejalan dengan komitmen Bulungan terhadap konsep hijau. Salah satu pilar utamanya adalah aspek pertanian keberlanjutan. Desa Sajau Hilir disebut sebagai kawasan penghasil pangan utama bagi Bulungan. “Kami pastikan lahan pangan berkelanjutan ada di desa ini,” kata Syarwani.
Lebih jauh, Syarwani menjelaskan simbiosis mutualisme yang terjalin: “Pemanfaatan produksi pertanian oleh petani kita bisa diserap seiring dengan produksi di kawasan industri sehingga ada simbiosis mutualisme dan bisa menjadi support pembangunan kawasan industrial.”
Komitmen terhadap lingkungan juga tercermin di Desa Sajau, di mana kurang lebih 100 hektare hutan adat terus terjaga. “Itu menjadi bagian komitmen bahwa di sisi lain kita ada kawasan industri dan di sisi lainnya ada kawasan hijau. Itu menjadi komitmen kita untuk menjaga kelestarian hutan,” ujarnya.
Desa Sajau bahkan dimungkinkan menjadi penopang pangan bagi Kalimantan Utara, dengan petani yang mampu menghasilkan 1 hingga 3 ton gabah basah per hektare dalam satu kali tanam. “Bayangkan jika misalnya kita bisa menanam hingga 3 kali dalam setahun,” pungkas Syarwani.
mengungkapkan potensi besar. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Pertanian atas program optimalisasi lahan, yang memungkinkan Bulog menyerap gabah petani hingga 100 ton dengan harga yang baik. Selain itu, pelestarian produk lokal dari petani gogo juga menjadi perhatian. (ri)