TARAKAN – Pagi di Tarakan, Kamis (10/4/2025), berlangsung tak biasa. Anggota Komisi III DPRD Kalimantan Utara (Kaltara) mendadak menyambangi PT Pheonix Resources International. Misi mereka jelas: menelisik limbah perusahaan yang sempat dikabarkan overload dan mengancam laut di sekitarnya. Di bawah langit yang cerah, kunjungan itu membawa secercah harapan, meski tak sepenuhnya menutup tanya.
Ketua Komisi III, Jufri Budiman, memimpin rombongan. Di lokasi, ia tak hanya melihat, tapi juga bertanya. “Saya tanya langsung soal pH limbah yang dibuang. Jawabannya? Sudah mendekati 6, masih di koridor aman 6-9 sesuai standar Kementerian Lingkungan Hidup,” ujarnya, nada suaranya penuh penegasan. Angka itu, katanya, bukti bahwa situasi tak separah yang dikhawatirkan.
Tapi Jufri tak berhenti di situ. Ia mencatat komitmen perusahaan: memperbaiki sistem pembuangan limbah. “Mereka bilang akan bikin kolam kontrol. Limbah dites dulu di sana, baru kalau lolos standar, dialirkan ke laut,” tuturnya. Rencana itu, menurut dia, langkah preventif agar laut Tarakan tak jadi korban.
Komisi III tak mau sekadar jadi penonton. Mereka minta dilibatkan dalam laporan rutin limbah—yang awalnya diusulkan perusahaan setiap enam bulan. “Saya bilang, tiga bulan sekali lebih baik. Kalau bisa, sebulan sekali kami turun cek. Ini soal lingkungan, kami tak main-main,” tegas Jufri, pandangannya tajam.
Bantahan dari Dalam Pabrik
Di sisi lain, Manajer Enviro and License PT Pheonix, Juwendi Jamal, buru-buru meluruskan. “Bukan overload. Kami sedang uji coba produksi saat itu,” katanya, nada suaranya kalem tapi tegas. Ia mengakui wacana kolam kontrol memang ada, tapi masih tersangkut di meja perencanaan.
Juwendi tak menampik sorotan publik soal limbah. Dengan investasi Rp 20 triliun, ia bilang perusahaan tak ingin gegabah. “Kami pakai pendekatan kimia, fisika, biologi untuk atasi limbah sebelum dibuang. Ini serius, bukan coba-coba,” ujarnya.
Saat ini, PT Pheonix tengah memperbaiki sistem pembuangan. Juwendi tak muluk-muluk berjanji. “Kami butuh waktu. Kritik dari masyarakat kami dengar, itu untuk kebaikan,” katanya, sembari meminta pengertian. Ia berharap perusahaan tak hanya jadi mesin ekonomi, tapi juga tetangga yang baik bagi warga Tarakan.
Di ujung kunjungan, Jufri dan rombongan berjalan meninggalkan lokasi. Laut Tarakan terlihat tenang di kejauhan. Tapi di balik ketenangan itu, pertanyaan masih menggantung: akankah kolam kontrol benar-benar jadi jawaban? Waktu yang akan bicara. (*)