Pernah Disidak Aparat, Pemilik Tegaskan Usaha Mereka Taat Hukum
Bila Anda mengira bisnis game ketangkasan di Kota Tarakan sudah tidak ada lagi pasca ditutup oleh aparat kepolisian, maka perkiraan itu salah. Media ini berhasil mendapatkan satu bangunan yang diduga menjadi tempat game ketangkasan yang berdiri kokoh di tengah kota. Apa saja aktivitasnya?
Assiddiq Rustan, infoindo.co.id
BANGUNAN dua lantai ini berdiri di jantung Kota Tarakan. Namun, bila tak teliti, tempat arena game ketangkasan ini tak akan bisa ditemukan. Tak ada pelang nama, tak digembar-gemborkan informasinya, dan tentu saja hanya yang doyan game ketangkasan yang tahu tempat ini. Bahkan, pernah didatangi sejumlah petugas, namun tak ditemukan apa- apa di sana.
Senyap! Demikian gambaran media ini ketika berkunjung ke sebuah gedung yang belakangan diketahui dikelola oleh sebuah perusahaan game ketangkasan, yakni PT TGZ. Perizinan game ketangkasan ini sengaja dibubuhi nama ‘permainan ketangkasan’ pada izin operasionalnya sebagai bentuk kepatuhannya kepada hukum. Tapi masyarakat tampaknya cukup cerdas menilai tempat ini.
Letaknya tepatnya di Jalan Slamet Riyadi, Kampung Bugis, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat. Jalan ini merupakan jalan alternatif yang ingin menghindari kemacetan Jalan Mulawarman dan Jalan Jenderal Sudirman. Bangunan ini juga berdampingan dengan sejumlah warung kopi dan rumah makan yang selalu ramai pengunjung. Namun, lagi-lagi, tempat game ketangkasan ini ini tak mudah dikenali bila belum masuk ke dalamnya.
“Saya kurang tahu juga (tempat game ketangkasan atau bukan), coba saja naik,” ucap seorang security yang berjaga di depan pintu masuk tempat game ketangkasan ini.
Tak ada penolakan berarti dari petugas. Hingga akhirnya, media ini masuk ke dalam gedung 2 lantai berukuran sekira 10×15 meter tersebut. Di lantai pertama, kita akan menemukan sejumlah mesin game angka, seperti roulette yang jumlahnya 1 unit, mesin tembak ikan 2 unit, mesin bubble 2 unit. Oleh mereka, benda-benda yang sering dipajang di sejumlah kasino disebut alat permainan. Bukan alat memainkan taruh

an.
Berbeda dengan di lantai pertama, di lantai 2 kita akan menemukan 14 mesin slot yang bertuliskan huruf China dan terdapat 40 mesin game ketangkasan lainnya bertuliskan ‘PAMAN’. Cara memainkannya juga mudah. Bila tak tahu, akan dipandu oleh pegawai di sana sebagai awal pengenalan. Cukup menyetor sejumlah uang ke pemandu yang semuanya adalah wanita, kita bisa menikmati permainan ketangkasan sepuasnya.
“Mau isi berapa (saldo untuk dimasukkan ke mesin game ketangkasan), kak?” tanya pemandu saat saya masuk ke tempat ini. Tak lupa, sang pemandu yang berjumlah 6 orang itu akan memberikan penjelasan soal permainan kepada setiap pengunjung.
Untuk mengetahui banyak soal permainan ini, saya pun mengeluarkan sejumlah uang. Oleh seorang pemandu, saya diberi penjelasan di depan sebuah mesin permainan ketangkasan atau mesin bertuliskan ‘PAMAN’. Termasuk, bet atau besaran taruhan yang siap dimainkan.
Setelah paham, saya pun memainkannya dengan modal Rp100 ribu. Sekitar 3 menit bermain, dengan 3 kali putaran, mesin game ketangkasan bekerja dengan baik. Saldo saya dikuras sebanyak Rp14 ribu. Melihat kondisi ini, saya pindah lalu mencoba permainan lain.
“Itu namanya mesin slot, Mas. Versi mesin,” ungkap salah seorang pengunjung yang tampaknya sudah ‘senior’ di tempat ini.
Akibat kekalahan di permainan sebelumnya, saldo saya tersisa Rp80 ribu. Seharusnya Rp86 ribu, namun terpotong lantaran nominal yang bisa dipindahkan hanya kelipatan Rp10 ribu. Di permainan selanjutnya saya memencet tombol yang tersedia untuk mengubah karakter yang ada di mesin. Tindakan ini saya lakukan agar bisa mendapatkan pola yang cocok untuk mendapatkan kemenangan.
Entah dipancing oleh mesin untuk terus bermain atau alasan lainnya, setelah 20 menit bermain, saya berhasil mengumpulkan kemenangan Rp360 ribu. Niat main di tempat mesin lain kemudian membuncah di pikiran. Saya pun pindah ke permainan lain dengan alasan ingin mencoba seluruh mesin.
ai

Saat pindah mesin, yang saya dapatkan justru tersisa Rp300 ribu. Lebihnya, Rp60 ribu raib entah kemana. Setelah bermain, uang taruhan saya mulai berkurang. Hingga puncaknya, tersisa Rp200 ribu. Daripada kalah, saya memilih berhenti lalu memanggil pemandu untuk menarik sisa saldo saya.
“Mau ditarik semua saldonya, Kak?” kata sang pemandu sembari memberikan dua kupon yang bertuliskan angka ‘100’.
Setelah saya iyakan, saya diarahkan ke kasir yang berada di ruangan lain untuk melakukan transaksi. Tapi, namanya permainan ketangkasan, selalu saja ada ujiannya. “Seandainya masih main kak, pasti bisa dapat lebih besar lagi,” ungkap si pemandu mesin.
Saat saya menolak ajakan si pemandu, dari sebelah saya ada orang tua yang mengeluh karena kalah di beberapa mesin permainan ketangkasan. Pria yang saya taksir berusia 60 tahun tersebut mengaku 3 kali menyetor uang dengan nominal Rp100 ribu setiap kali setoran. Hasilnya? Si kakek selalu kalah. Selalu habis!
“Sudah 3 kali (setor uang) dik. Tapi belum naik-naik (menang),” katanya dengan nada kecewa. “Kayaknya sekali lagi ini, minimal kembali uangku,” lanjutnya menunjukkan harapan kepada dirinya sendiri. Namun bisa ditebak akhirnya, dia kembali kalah.
Saya pun pergi dengan kemenangan kecil yang mungkin saja menjadi pancingan awal untuk kekalahan selanjutnya. Tapi belum jauh saya melangkah, saya mendapatkan informasi bahwa bisnis permainan ketangkasan bukan kali ini saja ada di Tarakan. Bahkan, bisnis ini selalu mengalami pasang-surut. Beragam penolakan dari masyarakat membuat bisnis ini muncul, kemudian tak lama tenggelam lagi.
Namun sekali lagi, oleh sejumlah orang yang ditemui oleh media ini menyebut, bisnis yang sedang berjalan ini sah di mata hukum. Bahkan, ketika permainan ketangkasan ini tidak dimiripkan dengan Dingdong, tetap saja terlihat mirip. Alat-alatnya tak jauh beda bentuknya.
Sebut saja Dingdong yang berdiri di Gunung Bata, Jalan KH Agus Salim. Tak sampai setahun, arena taruhan uang ini yang mirip dengan arena ketangkasan di Kampung Bugis ini berakhir dengan penutupan. Dingdong dengan pemilik yang sama di Jalan Kusuma Bangsa juga demikian. Ditutup karena banyak penolakan dari masyarakat Kota Tarakan. Dianggap sebagai tempat melakukan taruhan.
Tak hanya di situ, Dingdong yang berdiri di Jalan Niaga I, tak jauh dari Polres Tarakan, Kelurahan Karang Balik dengan alat yang mirip juga ditutup karena tak diterima oleh masyarakat. Begitu juga dengan Dingdong di Kampung Bugis lainnya, selalu berakhir ditutup karena tak disambut baik oleh sebagian besar masyarak

Soal kembali munculnya bisnis yang mirip Dingdong ini, Ketua Komisi I DPRD Kota Tarakan, Adyansa saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya belum mengetahui pasti soal kemunculan bisnis haram tersebut. Bila benar, kata dia, kegiatan tersebut harus dihentikan lantaran sangat merugikan dan berdampak pada kerusakan mental hingga ekonomi masyarakat.
“Kalau, memang begitu apa yang kamu sampaikan (aktifnya arena permainan ketangkasan di Kampung Bugis), ya perlu diatasi itu kembali. Diingatkan, berhubung usahanya, bahwa jangan sampai merugikan masyarakat. Yang pertama adalah merusak mental masyarakat. Yang kedua, ya pastinya berdampak ke ekonomi keluarga,” ungkap Adyansa, Selasa 30 September 2025.
Terkait langkah yang akan diambil pihaknya, Adyansa menyebut, pihaknya akan berkoordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Dan tentu saja pihaknya akan memastikan kembali dugaan pelanggaran hukum di sana.
“Nanti coba koordinasi dulu sama pihak-pihak terkait, ya. OPD terkait, termasuk Satpol PP. Kalau memang betul adanya, nanti saya sidak dulu,” imbuh politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini kepada infoindo.co.id.
Saat dikonfirmasi, pemilik arena game ketangkasan yang namanya disamarkan media ini menyebut, usaha yang mereka jalani sudah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Usaha ini, kata dia, memiliki badan hukum yang jelas, taat membayar pajak dan tidak melanggar hukum.
“Sudah pernah didatangi petugas, tapi memang tidak ada apa-apa di sini. Usaha ini jelas. Kami taat hukum,” katanya. (*)