TARAKAN – Di tengah kekhawatiran internasional soal kontaminasi radioaktif pada produk laut, Balai Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BPPMHKP) Tarakan menegaskan bahwa udang lokal aman dikonsumsi dan layak diekspor.
Pernyataan ini disampaikan melalui rangkaian Bulan Bakti 2025 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), yang bertema “Bergerak, Berdampak, dan Berkelanjutan”, di Kampus Universitas Borneo Tarakan.
Pelaksana Tugas (Plt.) BPPMHKP Tarakan, Whidi Anggraeni, S.Pi., menjelaskan bahwa kegiatan ini lebih menekankan edukasi publik daripada inspeksi rutin.
“Kami ingin mengkampanyekan bahwa udang Tarakan bebas dari Caesium-137, zat radioaktif yang menjadi isu global akhir-akhir ini,” ujarnya usai acara.
Kolaborasi dengan Universitas Borneo Tarakan sebagai mitra ilmiah menjadi kunci, menyediakan data empiris untuk meyakinkan nelayan, pelaku usaha, dan konsumen.
Puncak kegiatan adalah Makan Udang Bersama, di mana peserta termasuk mahasiswa, petambak, dan pejabat menyantap hidangan berbasis udang segar.
Inisiatif ini bukan sekadar simbolis. Ia dirancang untuk membangun kepercayaan melalui pengalaman langsung.
“Udang kami sudah melalui pengujian standar, dan hasilnya negatif terhadap kontaminan radioaktif,” tambah Whidi.
Meski aman saat ini, Whidi menjanjikan peningkatan pengawasan ke depan. “Kami akan tambahkan pengujian laboratorium khusus untuk Caesium-137, agar ekspor ke pasar seperti Amerika Serikat tetap lancar,” katanya.
Saat ini, pengujian radioaktif wajib hanya untuk produk dari Jawa dan Lampung, sesuai Import Alert #99-52 dari otoritas AS. Tarakan belum termasuk, tapi BPPMHKP sedang mempersiapkan protokol pengambilan sampel sebagai antisipasi.
“Kontaminasi bersifat lokal; tidak ada penyebaran ke wilayah lain seperti Kalimantan Utara,” tegasnya
Ekspor udang Tarakan, yang menyumbang signifikan bagi ekonomi daerah, bergantung pada kepercayaan pasar. Pada 2024, ekspor perikanan Indonesia mencapai US$5,6 miliar, dengan udang vaname sebagai andalan.
Namun, isu radioaktif telah memicu penurunan 15% di beberapa segmen pasar sejak awal 2025, menurut data KKP. Di Tarakan, di mana tambak udang tersebar di wilayah pesisir, langkah proaktif ini diharapkan mempertahankan akses ke Eropa dan Asia Tenggara.
Kegiatan Bulan Bakti tak berhenti pada kampanye keamanan. Ada bazar UMKM yang memamerkan produk olahan perikanan, serta coaching clinic untuk petambak tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB).
Whidi menekankan fokus pada kualitas budidaya, bukan pengawasan lingkungan yang diserahkan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
“Tambak kami dekat industri, tapi kami pastikan prasarana memenuhi standar CBIB untuk menghindari residu kimia,” jelasnya.
Dengan dukungan KKP, Tarakan berpotensi jadi pusat ekspor udang berkelanjutan, sejalan tema bulan bakti. Sementara itu, nasional, KKP menargetkan 20 juta ton produksi perikanan tahun ini, dengan penekanan pada sertifikasi halal dan ramah lingkungan untuk pasar global. (*)




