TANJUNG SELOR – Berdasarkan angka tetap (ATAP) tahun 2020 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), produktivitas padi di Provinsi Kalimantan Utara 33,75 kuintal GKG ha-1. Angka tersebut masih di bawah standar nasional (51,28 kuintal GKG ha-1). Produktivitas padi sangat bergantung pada karakteristik varietas, kondisi lingkungan dan pengelolaan tanaman. Kontribusi terbesar ±70% berasal dari pengelolaan tanaman.
[gview file=”http://jnews.co.id/wp-content/uploads/2023/03/Juknis-ICLM-Padi-ATABELA_SLPTT-Kaltara_2022_Mulyo_fix.pdf”]
sebagai imbas perang Rusia-Ukraina, membuat harga pupuk global naik. Permentan Nomor 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi, mengatur jenis pupuk yang bersubsidi (Urea dan NPK). Peruntukkan pupuk bersubsidi hanya untuk 9 komoditas utama, yakni padi, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai, kakao, tebu, dan kopi, serta mekanisme perolehan pupuk bersubsidi.
Dampak yang dirasakan petani, harga pupuk non subsidi melonjak hingga lima kali lipat dibanding pupuk subsidi. Sudah barang tentu biaya input produksi pun meningkat. Menyadari kondisi dinamika pembangunan pertanian Indonesia yang saat ini terkendala mahalnya pupuk kimia dan sulitnya memperoleh pupuk bersubsidi, serta mendukung pertanian ramah lingkungan dan berkelanjuan yang selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), maka pada tahun 2022 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Kalimantan Utara bekerjasama dengan BPTP Kalimantan Timur, dan melibatkan periset dari BRIN dalam penerapan inovasi teknologi alternatif yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen, sekaligus solusi dalam menekan input produksi dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang tersedia Penerapan inovasi teknologi ICLM (Integrated Crops Land Management) dilaksanakan dengan pola pendampingan yang dikemas dalam bentuk Bimbingan Teknis (Bimtek) pada setiap tahap kegiatan budidaya padi sawah, agar petani dapat melaksanakan sesuai pedoman/juknis.
Di mana secara teknis dapat diikuti, secara ekonomi menguntungkan dan secara sosial selaras dengan budaya masyarakat. “Teknik pembelajaran “learning by doing” pada wadah Sekolah Lapang Pengelolaan Tanam Terpadu (SLPTT) diharapkan dapat meningkatkan kompetensi petani. Antara lain pengetahuan bertambah, petani lebih terampil yang diikuti perubahan sikap, hingga perubahan paradigma dalam berusaha tani, yaitu dari konvensional menjadi berorientasi bisnis,” jelas Kepala DPKP Kaltara, Ir. Heri Rudiyono M.Si kepada jnews.co.id.
Kegiatan SLPTT dilaksanakan di 3 lokasi, yaitu 2 desa di Kabupaten Bulungan (Desa Panca Agung Kecamatan Tanjung Palas Utara dan Desa Tanjung Buka SP2 Kecamatan Tanjung Palas Tengah) dan 1 desa di Kabupaten Nunukan (Desa Binalawan Kecamatan Sebatik Barat). Penanaman padi dilaksanakan pada Musim Tanam (MT) II atau periode Oktober 2022 – Maret 2023 pada luasan 1 hektare sebagai laboratorium lapang (LL).
Adapun komponen dasar yaitu, satu; cara tanam benih langsung (Tabela) menggunakan alat tanam benih langsung (ATABELA) yang terbuat dari pasangan paralon, dua ; pola tanam jajar legowo 2 : 1, tiga ; benih berlabel dengan pemilihan varietas sesuai preferensi petani yaitu IR-64, empat; perlindungan tanaman menggunakan obat-obatan berstandar WHO dengan prinsip 3 tepat. Yakni tepat waktu, dosis dan cara.
Sedangkan komponen teknologi untuk pemecahan masalah setempat atau spesifik lokasi yang bersifat pilihan adalah inovasi teknologi ICLM – Pupuk Organik Cair (POC) Cakrabumi yang dikombinasikan pada dosis pemberian pupuk kimia secara bertingkat (100%, 75% dan 50%) agar diperoleh kinerja teknologi yang efisien dalam penggunaan pupuk kimia namun tetap memberikan hasil yang tinggi.
Pengambilan data ubinan telah dilaksanakan pada hari Selasa (14/3) di Kelompok Tani Bina Usaha Desa Binalawan Kecamatan Sebatik Barat Kabupatan Nunukan dan hari Kamis (17/3) di Kelompok Tani Mulyo Desa Panca Agung Kecamatan Tanjung Palas Utara Kecamatan Bulungan dengan hasil tertinggi yaitu pada perlakuan 50% pupuk kimia plus ICLM–Cakrabumi, berturut-turut yaitu 3,94 kg GKP setara 6,304 t GKG ha-1 dan 4,39 kg GKP setara 7,02 t GKG ha-1.
“Artinya penerapan inovasi teknologi ICLM – Cakrabumi mampu menurunkan 50% ketergantungan terhadap pupuk anorganik atau pupuk bersubsidi,” jelas Heri kembali.
Lanjutnya, teknologi biostimulan lokal ini terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari alam sekitar yang dibuat dengan proses fermentasi, sehingga dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan tanaman dan juga mampu memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Rakitan inovasi teknologi terintegrasi (ICLM-Cakrabumi) yang mengusung pertanian ramah lingkungan sesuai spesifik lokasi bersifat dinamis, baru dan terbarukan diharapkan bisa diadopsi dan berkembang karena menjadi solusi ditengah harga pupuk yang tinggi.(adv)